serialisasi dan implikasi pada industri farmasi

Serialisasi dan Implikasi Pada Industri Farmasi berkaitan dengan kesehatan.

serialisasi dan implementasi pada industri farmasi

Semangat Pagi pengunjung website megasatriacare.co.id kesempatan kali ini saya dapat mengsharekan satu pokok utama dalam pabrik farmasi. Yaitu, implikasi 2D barcode atau mengetahuinya bernama serialisasi.

Menurut Aturan BPOM Nomor 33 Tahun 2018 mengaitkan dengan implikasi 2D Barcode dalam pemantauan Obat dan Makanan. Jika mengserialisasikan adalah satu code unik yang ada pada produk farmasi, kosmetik, bahan pangan. Dan yang lain baik paket primer, sekunder atau tersier langsung terjalinannya dengan data dari regulator yaitu BPOM. 

Serialisasi dan implikasi pada farmasi contohnya adalah obat-obatan.

Manfaat pemberiannya nomor serialisasi adalah menghindarinya pemalsuan obat waktu proses mendistribusikan obat pada pelanggan.

serialisasi dan implikasi pada industri farmasi

Mengapa Indonesia Membutuhkan Serialisasi Implikasi 2D barcode?

Berdasarkan data WHO, akibatnya sekitar 10% dari obat yang mempasarkannya pada pelosok dunia merupakan palsu pada sebagian negara. Bahkan, sampai 50%.

WHO memperhitungkan jika 16% dari obat palsu memiliki kandungan beberapa bahan yang keliru sementara 17% memiliki kandungan tingkat beberapa bahan yang tidak seharusnya.

Dengan mengimplementasikannya 2D barcode produk bisa menguranginya pemalsuan. Sedangkan, beberapa pemerintahan aturan yang mensyaratkan perusahaan untuk mengaplikasikannya supaya bisa menjajakannya pada pasar mereka.

Selain itu, Industri lain memungkinkan sudah memanfaatkannya Mekanisme 2D barcode (electronic, rokok electronic, minuman keras, dan sebagainya.). Akan tetapi mereka tidak menyarankannya secara hukum.

Implikasi serialisasi

Mengetahui sekarang ini berkaitan untuk serialisasi pada pengepakan adalah pemanfaatan mekanisme barcode dua dimensi (2D Barcode).

2D Barcode adalah representasi grafis dari data digital dalam pola dua dimensi yang memiliki decoding tinggi yang bisa membacanya. Alat optik untuk analisis, penjejakan dan penelusuran serialisasi.

Berkaitan implikasi pemanfaatan 2D Barcode menurut Aturan BPOM Nomor 33 Tahun 2018 berkaitan implikasi dalam pemantauan Obat dan Makanan Soal 5 Pasal 3 memperjelas kalau ada 2 model ialah :

a. Metode otentifikasi

Adalah model yang mencari dan mengonfirmasi validitas, nomor bets, kadaluwarsa dan nomor seri produk obat dan makanan. Implikasi 2D Barcode yang bisa meluncurkan pelaksana usaha berdikari memanfaatkan QR kode yang bisa membacanya. Oleh trek and trace BPOM sesuai sama yang penulisannya ada pada aturan No 33 Tahun 2018 pasal 5.

Berlaku untuk obat – obat grup keras, produk biologi, narkotika dan psikotropika, akan tetapi tidak menutup memungkinan dalam obat bebas dan bebas terbatas atau pangan olah.  Berbentuk pangan diet perlu model otentifikasi sama sesuai pemastian dari kepala BPOM.

Isian 2D barcode pada otentifikasi ialah (90) nomor ijin beredar atau (01) nomor identitas produk internasional, (10) nomor bets atau code produksi, (17) zaman expired dan (21) serialisasi. Berkaitan dengan laporan harus memberikan laporan pemanfaatan dan peredaran  pada tiap titik pasokan chain.

b. Metode analisis

Model yang mengonfirmasi validitas obat dan makanan berbasiskan ijin beredar. Model analisis pada luncurkannya lewat ijin beredar secara electronic berbentuk QR Kode.

Berlaku untuk obat – obat grup bebas, obat grup bebas terbatas, obat tradisionil, suplemen kesehatan, kosmetik dan pangan. Untuk isian 2D Barcode pada model analisis ialah : (90) Nomor ijin beredar, (91) akhir masa aktif NIE dan berkaitan laporan pada model analisis tak ada laporan pemanfaatan 2D Barcode.

Pada samping berkaitan model 2 yang sudah menjelaskan dalam aturan BPOM No 33 Tahun 2018 pada implikasi 2D Barcode. Soal yang lain perlu mengupas yang  berkaitan dengan plikasi pencantuman 2D Barcode pada paket produk sama sesuai pasal 18 – pasal 21 ialah :

  • 2D Barcode harus tercantum pada paket primer untuk komoditi obat, obat tradisionil, suplemen kesehatan dan pangan olahan.
  • Pencantuman 2D barcode pada paket mengsinkronkan dengan peraturan perundang-undangan berkenaan penandaan pada kosmetik.

Untuk penerbitan 2D Barcode menurut model analisis karena itumeluncurkannya lewat ijin beredar secara electronic berbentuk QR Kode. Lalu pada model otentifikasi, untuk penerbitan 2D Barcode jika penerbitan lewat BPOM. Karena itu, menurut permintaan oleh pemilik NIE lewat terapan trace and trek BPOM pada 10 hari kerja sebelumnya produksi dan 2D Barcode meluncurkannya dalam waktu jangka 5 hari kerja.

Data berkaitan 2D Barcode yang pada perihal ini merupakan QR Kode (Quick Response) adalah code 2 dimensi (2D), yang terdiri dalam pertanda tiga skema persegi pada pojok kiri bawah, pojok atas kiri dan pojok atas kanan. Mempunyai modul hitam (persegi titik/pixel) dan mempunyai potensi menaruh data alfanumerik, kepribadian dan lambang.

Berikut adalah contoh QR Kode dan aplikasinya pada paket :

serialisasi dan implikasi pada industri farmasi

(Sample 2d barcode BPOM RI)

Begitu keterangan serialisasi yang penting pada pelaksaan pada Industri farmasi. Mudah-mudahan bisa menolong mendalami lantaran ini juga perlu buat tenaga kedokteran pada bidang servis, apotek dan rumah sakit.

Serialisasi dan implikasi pada farmasi contohnya adalah obat-obatan.

Untuk keterangan mesin pembuat serialisasi kami memberi saran untuk memanfaatkan Hitachi Inkjet Printer. Click link pada bawah untuk berita lebih jelasnya.

Atau anda dapat mengabari PT. Megasatria Hiciter (Lewat terapan WhatsApp)

By Utari

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.